Jumat, 14 Maret 2014

Fahdan Nauval 04.47

Pada suatu hari, Haidar bermimpi bertemu dengan Tufail, sahabatnya yang sudah meninggal dunia. Ia bermimpi bahwa Tufail ini telah mendapat istana di alam kuburnya.
Menurut istrinya, semasa hidup, suaminya istikamah memelihara anak yatim dan bersedekah.

BERIKUT KISAHNYA.
Tufail, sahabat Haidar ini sangat gemar bersedekah dan memelihara anak yatim piatu.
Tufail juga dikenal sebagai orang kaya yang suka menolong tetangganya, serta tekun beribadah. Namun suatu saat, ia meninggal dunia dengan cepat, dan meninggalnya setelah shalat Ashar.

Tepat di hari yang ke tiga puluh setelah Tufail wafat, haidar bermimpi, ia datang ke suatu tempat yang sangat indah. Dia berjalan di suatu lorong yang sangat panjang, dan di dalam lorong itu dia menemukan berbagai macam tempat yang indah.
Lorong itu bagaikan istana yang terbuat dari emas.

Sayang sekali, baru beberapa saat dia berjalan, ia terbangun dari tidurnya,

"Wah, indah sekali lorong itu, istana apakah itu? Aku belum pernah melihat lorong sebagus itu sebelumnya," ujarnya dalam hati.

 Dan dua hari kemudian, saat Haidar tertidur setelah seharian bekerja, dia bermimpi kembali ke dalam lorong itu. Kali ini perjalanan lebih jauh, Haidar sampai melewati sebuah kolam yang sangat panjang dengan air yang jernih sekali.
"Subhanallah, tempat apa ini ya? Tempat ini penuh dengan permata, sinarnya sangat menyilaukan mata," kata Haidar dalam hati.

WANITA CANTIK.
Melihat tempat itu, seketika Haidar ingin memasukinya, kemudian ia melihat sosok lelaki yang dikellingi wanita cantik dengan sayap di belakangnya.
Namun belum sempat dia melihat wajah laki-laki itu, ia keburu terbangun lagi dari tidurnya.
"Siapakah lelaki itu?" gumannya dalam hati.

RASA PENASARAN HAIDAR.
Nampaknya mimpi itu telah terbawa hingga siang hari, Haidar merasa kagum. Beberapa hari kemudian, Haidar bermimpi lagi, dan mimpi yang sama terulang dan bahkan berlanjut.
Dia menyusuri lorong itu dan memasuki ruangan yang terbuat dari permata. Dan betapa terkejutnya Haidar, karena dari belakang ada seorang laki-laki yang menyapanya dengan suara akeras,
"Hai Haidar, kemarilah."
Haidar merasa tidak asing dengan suara itu dan ketika berbalik ke belakang, Haidar terkejut karena lelaki itu adalah sahabatnya, Tufail.

"Masya Allah Tufail, ternyata engkau bertambah muda dan tampan," kata Haidar dengan senang.
"Iya aku, karena sejak dulu aku suka dan ikhlas bersedekah dan memelihara anak yatim. Karena itulah Allah SWT mengganti makam ini menjadi istana dan beberapa bidadari cantik yang tak ternilai," nasehat Tufail kepada Haidar.

Namun belum sempat Haidar betanya hal lainnya, dia keburu terbangun lagi. Dan keesokan harinya Haidar sudah tidak mengalami mimpi itu lagi.
Karena diselimuti rasa penasaran yang tinggi, Haidar mencoba mencari tahu sosok Tufail dengan mendatangi rumahnya.

Sesampainya di rumah Tufail, ia disambut oleh seorang wanita yang tak lain adalah istri Tufail. Di dalam rumah itu banyak sekali anak-anak kecil dan Haidar pun menceritakan perihal mimpinya kepada istri Tufail.
Setelah menceritakan mimpinya, Haidar bertanya,
"Apa amalan Tufail selain senang bersedekah?" ytanya Haidar.

"Dia senang sekali memelihara anak yatim piatu. Rumah ini dia jadikan tempat tinggal orang-orang terlantar," cerita wanita paroh baya itu.
Haidar semakin mengagumi sosok Tufail karena dia tidak hanya senang bersedekah, namun ia juga terkenal ramah dan gemar memelihara anak yatim.

Description: Makam Menjadi Istana
Reviewer: Fahdan Nauval
Rating: 4.0
ItemReviewed: Makam Menjadi Istana

Tidak ada komentar: