Latar Belakang
Ruyandi adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Ayahnya adalah Manixius Hutasoit (alm). Sang ayah pernah menjadi Sekretaris Jenderal Pendidikan & Kebudayaan dan Bapenas sekaligus salah seorang tokoh Parkindo yang berasal dari Sumatera Utara. Ibunya adalah Raden Mantria (alm). Semasa hidup, ibunya dipercaya untuk memimpin beberapa lembaga, seperti menjadi Ketua Mata Indonesia, Ketua Perwari, Ketua Kowani, dan Ketua Keluarga Berencana Nasional. Ibunya berasal dari Bandung, Jawa Barat.Pada 1980, ia berhasil menyelesaikan studi kedokteran di UKI dan menikah dengan Dra Ophelia Hutasoit pada 31 Oktober 1981. Periode 1986-1988, Ruyandi meneruskan pendidikan pasca-sarjana dalam bidang urologi di Free University Amsterdam. Pada tahun 1996, ia memperoleh gelar Spesialis Urologi (Sp.U) dari Universitas Indonesia dan Master of Art (MA) bidang Pastoral Konseling dari STT Doulos Jakarta.
Karier
Ruyandi mempunyai visi dalam bidang kemanusiaan, terutama dalam masalah narkotika. Untuk menjalankan visinya, dia mendirikan Yayasan Doulos. Yayasan Kristen yang dipimpinnya ini didirikan pada 1984. Pada yayasan tersebut dibentuk Bidang Perawatan dan menangani kasus penyalahgunaan narkoba dan gangguan jiwa. Atas kerja dan pengabdian ini, Panitia Penyelenggaraan Penganugerahan Tokoh Peduli Narkoba Nasional pimpinan Prof Dr A Mone dan mendapat persetujuan Dr Sudirman MA Sp Kj menetapkannya sebagai salah satu tokoh yang memenuhi kriteria untuk menerima penghargaan Tokoh Peduli Narkotika Nasional 2001.Dalam bidang pendidikan dan peningkatan kesejahteraan, Ruyandi Hutasoit juga dikenal memimpin Yayasan Bersinar bagi Bangsa. Yayasan yang dikembangkannya ini memiliki kepedulian terhadap generasi muda bangsa untuk mendapatkan kesempatan meraih pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi. Untuk dapat menyukseskan impian dan cita-citanya ini, dia menjalin kerja sama dengan POTA dan UNICEF. Hingga tahun 2010, jumlah anak didik yang menerima beasiswa dari POTA ada sekitar 2300 siswa.
Menjalin kerjasama dengan UKI khususnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Yayasan Bersinar bagi Bangsa memberikan beasiswa bagi mereka yang terpanggil untuk dididik menjadi guru dalam bidang studi Matematika, Biologi, dan Fisika. Yayasan ini juga membantu kelompok pra-sejahtera, seperti para tunawisma dan pengamen jalanan. Yayasan ini berusaha meningkatkan taraf hidup melalui berbagai ketrampilan. Yayasan juga menyediakan klinik pengobatan gratis.
Ia juga memimpin Tabloid Jemaat Indonesia yang terbit setiap minggu dengan suara-suara kenabiannya. Media ini diterbitkan dan ditujukan kepada umat dan para pemimpin bangsa. Berita-berita seputar permasalahan yang dihadapi umat yang terlewatkan untuk diekspos oleh media nasional menjadi sajian yang proporsional dan transparan, karena dipaparkan secara utuh melalui laporan investigasi langsung atau laporan para koresponden di berbagai daerah.
Pada 1988, ia menjadi Ketua II PII. PII adalah sebuah lembaga Kristen yang menaungi 86 Sinode gereja dan 117 lembaga atau yayasan. Ia juga menjabat Ketua Jaringan Doa Sekota. JDS adalah sebuah jaringan terbesar di 113 kota di Indonesia. JDS merupakan salah satu bidang dalam JDN pimpinan Dr Iman Santoso. Periode 1999-2001, Ruyandi menjabat Sekretaris Umum JDN.
Ruyandi juga menjabat Ketua Prayer Comittee pada SEACOE (South East Asia Conference on Evangelism) yang bekerjasama dengan Billy Graham Evangelism Association. Sehari-hari, dia tetap bekerja sebagai ahli bedah urologi di Rumah Ssakit UKI dan menjadi dosen Fakultas Kedokteran UKI. Di Sekolah Tinggi Teologia Doulos, Jakarta, selain menjabat ketua, dia juga mengajar beberapa mata kuliah, seperti; Okultisme, pemetaan rohani dan keluarga kristen.
Description: Ruyandi Hutasoit
Reviewer: Fahdan Nauval
Rating: 4.0
ItemReviewed: Ruyandi Hutasoit
Reviewer: Fahdan Nauval
Rating: 4.0
ItemReviewed: Ruyandi Hutasoit
Tidak ada komentar: